Alarm
pagi ini sudah berbunyi menandakan sudah pukul lima pagi. Seperti biasa aku
mengawali pagi iini dengan bangun dan mengulet di atas kasur kesayangan. Dengan
keadaan masih mengantuk dan mata yang belum sepenuhya terbuka, harus beranjak
dari kasur dan berjalan sempoyongan menuju kamar mandi. Kamar mandi di sini
tidak ada di dalam kamar, jadi terpaksa harus keluar. Mentari pagi pun masih
enggan rasanya menampakkan diri.
Masih
terlalu pagi utuk keluar dari kamar, tetapi kalau aku bangun lebih siang lagi
dapat dipastika akan telat masuk kuliah. Aku tinggal di sebuah kostan. Rumah
kost ini khusus untuk mahasiswa. Ada dua
belas kamar dan dua kamar mandi di lantai satu, sedangkan di lantai dua ada
delapan kamar dan satu kamar mandi. Aku tinggal di lantai dua. Maka dari itu
aku memutuskan untuk bangun lebih pagi agar tidak perlu mengantri terlalu lama.
Begitu
selesai mandi, aku berpakaian dan menyeduh secangkir kopi sachet yang ada.
Duduk di depan teras kamar sambil menengguknya untuk menghilangkan kantuk.
Hari-hariku yang sibuk membuat aku harus meminum kopi. Oh ya, namakuMuhammad
Alfian Sanadi, teman-teman biasa memanggil Iyan. Aku seorang mahasiswa semester
dua di Universitas Jaya Mulia fakultas Matematika IPA jurusan Matematika.
Tegukan
terakhir kopi itu sudah mengalir di mulutku. Aku berangkat ke kampus dengan sepeda. Jarak kost dengan
kampus hanya lima belas menit dengan sepeda atau tujuh menit dengan motor. Mata
kuliah pertamaku jam delapan, jam ditangan masih menunjukkan pukul tujuh dua
puluhmenit. Masih ada sekitar empat puluh menit sebelumkelas mulai. Dan pagi
ini adalah mata kuliah dengan dosen killer, pasti teman-temanku memilih tempat
duduk yang belakang. Aku harus lebih dulu sampai dari mereka.
Dan
dengan kecepatan sepuluh km per jam aku tiba di kampus dua puluh menit sebelum
kelas mulai dan harus naik kelantai tiga dengan tangga manual. Begitu sampai di
depan kelas ternyata bangku belakang sudah penuh, hanya tersisa baris depan.
Terpaksa aku menempati bangku depan. Aku tidak pernah takut dengan dosen yang
bagaimanapun, buatku mereka hanya tegas dan disiplin dalam menjalankan tugasnya
sebagai pendidik.
Duduk
dengan santai ditemani oleh mp3 dengan lagu-lagu penyemangat. Dengan sebuah
pulpen dan selembar kertas di depanku. Aku menuliskan sesuatu. Aku memang
senang menulis, harusnya aku mengambil jurusan bahasa. Namun aku juga mencintai
angka-angka. Teman-temanku menjadi penikmat semua tulisan. Lalu aku lanjutkan
sebelum sang dosen datang.
Saat
dosen datang, kami serius menerima ilmu yang beliau berikan. Aku termaksud
mahasiswa yang aneh, yang menyukai angka serta sastra. Menyukai dan menikmati
segala keindahan yang Tuhan hadirkan di setiap kehidupanku. Ketika jam dinding
sudahmenunjukkan pukul sembilan tiga puluh menit, beliau mengakhiri pelajaran.
Dan segera berlanjut ke mata kuliah berikutnya.
Suasana
kampus semakin siang semakin saja ramai dengan lalu lalang mahasiswa. Dan aku
terpaksa menghabiskan hari ini untuk seharian di kampus dengan padatnya jadwal
mata kuliah. Setelah mata kuliah pertama selesai langsung tanpa jeda dilanjut
oleh mata kuliah kedua. Memang mau tidak mau, suka tidak suka aku harus siap
dengan semua ini. Inilah resiko mahasiswa jurusan matematika yang kebanyakan
dari mereka beranggapan kalau kami ini adalah orang yang terlalu serius, jarang
memperlihatkan senyum padahal kami sama dengan mereka, mahasiswa biasa yang
sama-sama memiliki tugas. Terkadang kehidupan kelas kami lebih gokil daripada
kelas lain. Seandainya ada satu saja dosen yang tidak masuk kelas. Kami akan
membuat suasana kelas menjadi sebuah tempat hiburan. Ada yang menyetel musik
keras-keras, menari-nari, bernyanyi, bercanda. Kalau aku ya let it flow, mengikuti
saja, terkadang aku mengobrol dengan beberapa teman-teman. Sekelompok mahasiswa
jika sedang mengobrol yang dibicarakan tidak jauh dari kesukaa mereka bahkan
mahasiswi favorit di kampus ini. Ketika suasana kelas serius, ya aku menjadi
orang yang serius. Kalau kelas sedang gila-gilaan ya aku juga mengikuti saja.
Maklum kami mahasiswa yang penuh dengan jadwal yang padat serta mata kuliah yang
penuh dengan ansgka.
Hampir
setiap hari aku bersahabat dengan angka. Dari pagi sampai sore bahkan ketika
sampai di kost-an harus menyelesaikan tugas yang seabreg. Tidak ada waktu untuk
bersantai-santai. Seperti hari ini jeda dari satu mata kuliah ke mata kuliah
berikutnya hanya lima belas menit. Bahkan ada yang harus moving class
(berpindah kelas). Cukup melelahkan bukan ? Maka jangan heran jika melihat
mahasiswa jurusan ini sebelum masuk di kelas pertama sudah mempersiapkan bekal
untuk istirahat nanti. Tetapi aku lebih suka turun ke kantin daripada harus
diam di kelas saat itu. Disana dapat melihat banyak karakter orang lain dan
mengenal mahasiswa lainnya.
Seperti
pada istirahat siang ini, kami ada waktu sekitar empat puluh lima menit, cukup
lumayan untuk istirahat makan dan sholat. Aku ke kantin yang nampaknya sudah
mulai penuh dengan ratusan mahasiswa. Untungnya saja kantin di belakang kampus
ini sangat luas dan memiliki banyak macam makanan. Sampai terkadang bingung
memilih ingin makan apa siang ini ? Kantin yang cukup asri dengan beberapa
pepohonan di sana dan banyak tenda untuk kami menikmati makanan. Siang ini aku
memutuskan untuk makan ketoprak, selain pas dengan isi dompetku saat ini dan
cukup mengenyangkan. Aku memilih duduk di tenda sebelah kanan dekat dengan
pohon rindang yang dapat menyejukkan pikiran dan otakku. Seorang mahasiswa lain
datang membawa makanannya menuju tendaku, ya dia teman satu kost beda kamar,
namanya Dino, mahasiswa jurusan bahasa. Ya, setidaknya siang ini aku makan ada
yang menemani walaupun itu bukan seorang wanita. Hehehe.
Dua
puluh menit aku rasa cukup untuk menghabiskan waktu di kntin. Setelah ini tidak lupa untuk berkunjung ke
rumah Allah, memanjatkan segala doa dengan penuh harap. Dan menyelesaikan dua
mata kuliah berikutnya.
Pukul 17.00 wib
Seperti
bertemu dengan sesuatu yang indah ketika tiba di kost-an. Rasanya seperti
bertemu dengan telaga yang berisikan air segar dan dapat melepaskan dahaga. Ya,
itulah aku ketika sampai di sini. Rasanya ingin segera berbaring di kasur yang
telihat empuk jika sedang lelah. Sebelum memeluk guling, aku membersihkan badan
terlebih dahulu dan memberekan buku untuk esok hari Setelah sholat magrib
langsung menuju tempat terempuk di dunia menurutku tanpa memikirkan tugas-tugas
yang ada.
Aku
berdoa dan memejamkan mata serta berharap dapat mimpi indah. Kupeluk guling
tersayangku. Kalau sudah kelelahan seperti ini rasanya jika begini ingin pulang
kerumah dan ingin memeluk mama. Sedang apa ya beliau di sana ? Aku terpaksa
tinggal di kostan karena jarak rumah yang cukup jauh dengan kampus, belum lagi jam
mata kuliahku yang selalu pagi dan banyak tugas. Membuatku harus rela
meninggalkan rumah. Hanya di saat weekend jika tidak ada tugas yang harus
dikerjakan, maka aku pulang kerumah. Ketika sedang memikirkan mama, lama
kelamaan aku tertidur pulas dan menuju alam mimpi.
Ada
seorang bidadari yang sangat cantik duduk di bangku taman, taman yang indah,
sangat serasi dengan kehadiran dia. Namun bidadari tersebut tidak bergaun putih
dan mengenakan sayap. Dia hanya mengenakan celana jeans dan kaos serta sepatu
flat senada dengan warna kaosnya. Aku memperhatikannya dari jauh saja sangat
cantik. Apalagi jika aku mendekatinya, namun ada rasa ragu untuk menghampirinya
hanya sekedar menanyakan siapa namanya ? Mata ini tidak bisa lepas
memandangnya. Belum pernah aku melihat seorang perempuan yang terlihat
sempurna, mahasiswi favorit kampusku saja mungkin masih kalah dibandingkan dia.
Begitu aku akan menghampirinya untuk tahu namanya, aku terjaga dari tidurku
karena sesuatu hal.
Jam
masih menunjukkan pukul tiga dini hari, aku terjaga karena cacing-cacing
diperut berbunyi. Ah, aku lupa semalem setelah pulang kuliah memang langsung
tidur dann hanya makan siang di kampus, wajar saja kalau tengah malam begini
laper. Menuju ke sebuah ruang kecil yang dapat dikatakan sebagai dapur, namun
jika ditinjau dari penataan ruang tidak layak dikatakan tersebut. Hehe. Kubuka
lemari penyimpanan persediaan makanan, hanya ada mie instan. Segera kunyalakan
kompor dan dimasaklah mie itu, yang terpenting perutku terganjal.
Kuhabiskan
segera mie itu sambil memikirkan mimpi yang kualami baru saja. Belum pernah
memimpikan seseorang hadir di sana. Kata orang mimpi itu hanyalah sebuah bunga
tidur, karena kelelahan atu sedang memikirkan sesuatu bisa saja hal yan kita
pikirkan hadir di sana. Tetapi aku tidak pernah memikirkan seorang perempuan sebelumnya,
bahkan sebelum tidur sangat merindukan ibu di rumah, kenapa bukan beliau yang
hadir ya? Ketika sudah merasa kenyang mencoba kembali untuk tidur, masih ada
waktu satu setengah jam sebelum harus bangun. Berharap dapat memimpikan seorang
gadis cantik itu lagi.
Penasaran sama part selanjutnya? Silahkan klik disini.
Penasaran sama part selanjutnya? Silahkan klik disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar