Jumat, 09 Mei 2014

Ketika Tuhan Menghadirkan Cinta Lewat Mimpi. #1 @christineffend1 & @septiancina

Alarm pagi ini sudah berbunyi menandakan sudah pukul lima pagi. Seperti biasa aku mengawali pagi iini dengan bangun dan mengulet di atas kasur kesayangan. Dengan keadaan masih mengantuk dan mata yang belum sepenuhya terbuka, harus beranjak dari kasur dan berjalan sempoyongan menuju kamar mandi. Kamar mandi di sini tidak ada di dalam kamar, jadi terpaksa harus keluar. Mentari pagi pun masih enggan rasanya menampakkan diri.

Masih terlalu pagi utuk keluar dari kamar, tetapi kalau aku bangun lebih siang lagi dapat dipastika akan telat masuk kuliah. Aku tinggal di sebuah kostan. Rumah kost ini khusus untuk  mahasiswa. Ada dua belas kamar dan dua kamar mandi di lantai satu, sedangkan di lantai dua ada delapan kamar dan satu kamar mandi. Aku tinggal di lantai dua. Maka dari itu aku memutuskan untuk bangun lebih pagi agar tidak perlu mengantri terlalu lama.
Begitu selesai mandi, aku berpakaian dan menyeduh secangkir kopi sachet yang ada. Duduk di depan teras kamar sambil menengguknya untuk menghilangkan kantuk. Hari-hariku yang sibuk membuat aku harus meminum kopi. Oh ya, namakuMuhammad Alfian Sanadi, teman-teman biasa memanggil Iyan. Aku seorang mahasiswa semester dua di Universitas Jaya Mulia fakultas Matematika IPA jurusan Matematika.

Tegukan terakhir kopi itu sudah mengalir di mulutku. Aku berangkat  ke kampus dengan sepeda. Jarak kost dengan kampus hanya lima belas menit dengan sepeda atau tujuh menit dengan motor. Mata kuliah pertamaku jam delapan, jam ditangan masih menunjukkan pukul tujuh dua puluhmenit. Masih ada sekitar empat puluh menit sebelumkelas mulai. Dan pagi ini adalah mata kuliah dengan dosen killer, pasti teman-temanku memilih tempat duduk yang belakang. Aku harus lebih dulu sampai dari mereka.

Dan dengan kecepatan sepuluh km per jam aku tiba di kampus dua puluh menit sebelum kelas mulai dan harus naik kelantai tiga dengan tangga manual. Begitu sampai di depan kelas ternyata bangku belakang sudah penuh, hanya tersisa baris depan. Terpaksa aku menempati bangku depan. Aku tidak pernah takut dengan dosen yang bagaimanapun, buatku mereka hanya tegas dan disiplin dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.

Duduk dengan santai ditemani oleh mp3 dengan lagu-lagu penyemangat. Dengan sebuah pulpen dan selembar kertas di depanku. Aku menuliskan sesuatu. Aku memang senang menulis, harusnya aku mengambil jurusan bahasa. Namun aku juga mencintai angka-angka. Teman-temanku menjadi penikmat semua tulisan. Lalu aku lanjutkan sebelum sang dosen datang.

Saat dosen datang, kami serius menerima ilmu yang beliau berikan. Aku termaksud mahasiswa yang aneh, yang menyukai angka serta sastra. Menyukai dan menikmati segala keindahan yang Tuhan hadirkan di setiap kehidupanku. Ketika jam dinding sudahmenunjukkan pukul sembilan tiga puluh menit, beliau mengakhiri pelajaran. Dan segera berlanjut ke mata kuliah berikutnya.

Suasana kampus semakin siang semakin saja ramai dengan lalu lalang mahasiswa. Dan aku terpaksa menghabiskan hari ini untuk seharian di kampus dengan padatnya jadwal mata kuliah. Setelah mata kuliah pertama selesai langsung tanpa jeda dilanjut oleh mata kuliah kedua. Memang mau tidak mau, suka tidak suka aku harus siap dengan semua ini. Inilah resiko mahasiswa jurusan matematika yang kebanyakan dari mereka beranggapan kalau kami ini adalah orang yang terlalu serius, jarang memperlihatkan senyum padahal kami sama dengan mereka, mahasiswa biasa yang sama-sama memiliki tugas. Terkadang kehidupan kelas kami lebih gokil daripada kelas lain. Seandainya ada satu saja dosen yang tidak masuk kelas. Kami akan membuat suasana kelas menjadi sebuah tempat hiburan. Ada yang menyetel musik keras-keras, menari-nari, bernyanyi, bercanda. Kalau aku ya let it flow, mengikuti saja, terkadang aku mengobrol dengan beberapa teman-teman. Sekelompok mahasiswa jika sedang mengobrol yang dibicarakan tidak jauh dari kesukaa mereka bahkan mahasiswi favorit di kampus ini. Ketika suasana kelas serius, ya aku menjadi orang yang serius. Kalau kelas sedang gila-gilaan ya aku juga mengikuti saja. Maklum kami mahasiswa yang penuh dengan jadwal yang padat serta mata kuliah yang penuh dengan ansgka.

Hampir setiap hari aku bersahabat dengan angka. Dari pagi sampai sore bahkan ketika sampai di kost-an harus menyelesaikan tugas yang seabreg. Tidak ada waktu untuk bersantai-santai. Seperti hari ini jeda dari satu mata kuliah ke mata kuliah berikutnya hanya lima belas menit. Bahkan ada yang harus moving class (berpindah kelas). Cukup melelahkan bukan ? Maka jangan heran jika melihat mahasiswa jurusan ini sebelum masuk di kelas pertama sudah mempersiapkan bekal untuk istirahat nanti. Tetapi aku lebih suka turun ke kantin daripada harus diam di kelas saat itu. Disana dapat melihat banyak karakter orang lain dan mengenal mahasiswa lainnya.

Seperti pada istirahat siang ini, kami ada waktu sekitar empat puluh lima menit, cukup lumayan untuk istirahat makan dan sholat. Aku ke kantin yang nampaknya sudah mulai penuh dengan ratusan mahasiswa. Untungnya saja kantin di belakang kampus ini sangat luas dan memiliki banyak macam makanan. Sampai terkadang bingung memilih ingin makan apa siang ini ? Kantin yang cukup asri dengan beberapa pepohonan di sana dan banyak tenda untuk kami menikmati makanan. Siang ini aku memutuskan untuk makan ketoprak, selain pas dengan isi dompetku saat ini dan cukup mengenyangkan. Aku memilih duduk di tenda sebelah kanan dekat dengan pohon rindang yang dapat menyejukkan pikiran dan otakku. Seorang mahasiswa lain datang membawa makanannya menuju tendaku, ya dia teman satu kost beda kamar, namanya Dino, mahasiswa jurusan bahasa. Ya, setidaknya siang ini aku makan ada yang menemani walaupun itu bukan seorang wanita. Hehehe.

Dua puluh menit aku rasa cukup untuk menghabiskan waktu di kntin.  Setelah ini tidak lupa untuk berkunjung ke rumah Allah, memanjatkan segala doa dengan penuh harap. Dan menyelesaikan dua mata kuliah berikutnya.

Pukul 17.00 wib
Seperti bertemu dengan sesuatu yang indah ketika tiba di kost-an. Rasanya seperti bertemu dengan telaga yang berisikan air segar dan dapat melepaskan dahaga. Ya, itulah aku ketika sampai di sini. Rasanya ingin segera berbaring di kasur yang telihat empuk jika sedang lelah. Sebelum memeluk guling, aku membersihkan badan terlebih dahulu dan memberekan buku untuk esok hari Setelah sholat magrib langsung menuju tempat terempuk di dunia menurutku tanpa memikirkan tugas-tugas yang ada.
Aku berdoa dan memejamkan mata serta berharap dapat mimpi indah. Kupeluk guling tersayangku. Kalau sudah kelelahan seperti ini rasanya jika begini ingin pulang kerumah dan ingin memeluk mama. Sedang apa ya beliau di sana ? Aku terpaksa tinggal di kostan karena jarak rumah yang cukup jauh dengan kampus, belum lagi jam mata kuliahku yang selalu pagi dan banyak tugas. Membuatku harus rela meninggalkan rumah. Hanya di saat weekend jika tidak ada tugas yang harus dikerjakan, maka aku pulang kerumah. Ketika sedang memikirkan mama, lama kelamaan aku tertidur pulas dan menuju alam mimpi.

Ada seorang bidadari yang sangat cantik duduk di bangku taman, taman yang indah, sangat serasi dengan kehadiran dia. Namun bidadari tersebut tidak bergaun putih dan mengenakan sayap. Dia hanya mengenakan celana jeans dan kaos serta sepatu flat senada dengan warna kaosnya. Aku memperhatikannya dari jauh saja sangat cantik. Apalagi jika aku mendekatinya, namun ada rasa ragu untuk menghampirinya hanya sekedar menanyakan siapa namanya ? Mata ini tidak bisa lepas memandangnya. Belum pernah aku melihat seorang perempuan yang terlihat sempurna, mahasiswi favorit kampusku saja mungkin masih kalah dibandingkan dia. Begitu aku akan menghampirinya untuk tahu namanya, aku terjaga dari tidurku karena sesuatu hal.

Jam masih menunjukkan pukul tiga dini hari, aku terjaga karena cacing-cacing diperut berbunyi. Ah, aku lupa semalem setelah pulang kuliah memang langsung tidur dann hanya makan siang di kampus, wajar saja kalau tengah malam begini laper. Menuju ke sebuah ruang kecil yang dapat dikatakan sebagai dapur, namun jika ditinjau dari penataan ruang tidak layak dikatakan tersebut. Hehe. Kubuka lemari penyimpanan persediaan makanan, hanya ada mie instan. Segera kunyalakan kompor dan dimasaklah mie itu, yang terpenting perutku terganjal.


Kuhabiskan segera mie itu sambil memikirkan mimpi yang kualami baru saja. Belum pernah memimpikan seseorang hadir di sana. Kata orang mimpi itu hanyalah sebuah bunga tidur, karena kelelahan atu sedang memikirkan sesuatu bisa saja hal yan kita pikirkan hadir di sana. Tetapi aku tidak pernah memikirkan seorang perempuan sebelumnya, bahkan sebelum tidur sangat merindukan ibu di rumah, kenapa bukan beliau yang hadir ya? Ketika sudah merasa kenyang mencoba kembali untuk tidur, masih ada waktu satu setengah jam sebelum harus bangun. Berharap dapat memimpikan seorang gadis cantik itu lagi.

Penasaran sama part selanjutnya? Silahkan klik disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar