Dan akhirnya jam menunjukkan tepat jam 12 malam. Aku segera menelfon
Aira. Sambil mennghilangkan grogi yang aku rasakan, aku mencoba mengatur
nafas. Nada dering
berbunyi beberapa kali sampai akhirnya
"Hallo" Aira mengangkat
telfonku.
"Selamat ulang tahun Aira" sontak
aku langsung mengucapkan
selamat ulang tahun tanpa basa-basi.
"Iya, makasih ya. Eh tapi ini siapa ya?" tanya Aira.
"Aku Alfian Ra, yang waktu itu ngospek
kamu hehe" jawabku.
"Oh iya-iya, makasih
ya kak hihi"
ujarnya dengan nada yang menggemaskan.
Setelah itu kami ngobrol basa-basi
sebentar sampai akhirnya
aku memutuskan untuk mengakhiri percakapan.
Paginya, aku langsung
mengerjakan kado yang sudah aku fikirkan sejak 3 hari yang lalu. Segera aku keluarkan alat dan bahan yang sudah aku siapkan.
Setelah semua alat dan bahan siap, aku langsung mulai membuatnya. Yap, membuat sebuah
miniatur kue yang terbuat dari karton. Dengan
penuh konsentrasi, aku membuat tiap potongan kue. Selesai membuat
semua potongannya, aku menyatukan setiap
potongan menjadi satu buah kue. Sekarang, aku membuat hiasan
di atas kue itu. Dan akhirnya, setelah
3 jam berlalu
aku berhasil merampungkan
kue itu. Dengan
kotak yang juga aku buat dari kertas
karton, miniatur kue itu aku bungkus dengan
hiasan pita diatasnya.
Tidak lupa aku membuat sebuah
surat perkenalan yang aku selipkan
di salah satu potongan kue itu. Dengan
menggunakan jasa pengiriman
barang, aku langsung
mengirim paket kado itu ke rumah Aira.
Sambil menunggu, aku iseng membuka
jejaring sosial twitter
yang selalu menjadi
teman disaat aku kesepian. Sekali
lagi aku mengucapkan
selamat ulang tahun kepada Aira sambil meminta
agar akunku di follow back olehnya. Setelah
itu, aku mandi untuk membersihkan
badan. 10 menit kemudian aku keluar kamar mandi dan langsung mengecek
handphone. Terlihat ada interaksi di twitter. Saat aku buka, ternyata ada mention dari Aira. Dia sudah memfollow
back akun twitterku
hingga kami saling
berbalas mention untuk waktu yang cukup lama.
Siang datang, perut mulai terasa
lapar. Aku memutuskan
untuk keluar mencari
makan dan meninggalkan
handphone yang low battery sembari
diisi dayanya. Perut sudah terisi,
kini aku kembali
ke tempat kost. Bersiap mengecek
handphone apakah ada mention dari Aira atau tidak. Masuk kamar, aku melihat cahaya
LED merah sudah menyala di handphone. Ternyata
ada 3 misscall
dari Aira. Dan saat aku cek twitter,
Aira mengupload foto kado yang aku kirimkan
dan di mention
padaku. Segera aku membalas mention
Aira. Dan tak lama kemudian,
handphoneku berdering, ternyata
Aira yang menelfon.
Aku segera mengangkatnya. Belum sempat aku berkata apa-apa,
Aira sudah bicara
panjang lebar. Dari nada bicaranya,
Aira tampak sangat
senang dengan kado yang aku berikan. Akupun
turut senang Aira menyukai kado pemberian dariku.
Belum cukup sampai
disitu, aku semakin
senang karena Aira mengajakku makan malam. Kami janjian
jam
jam 7 malam.
Tanpa terasa Maghrib
sudah tiba, aku bergegas mandi dan shalat
sebelum bersiap-siap menjemput
Aira di rumahnya.
Sebenarnya ada rasa gugup saat harus bertemu
Aira, tapi kadang
kesempatan tak datang
dua kali, oleh karena itu aku langsung
mengiyakan ajakan Aira.
Begitu siap, aku langsung berangkat
menuju rumah Aira. Karena jarak antara tempat
kost-ku dengan rumah Aira tidak begitu jauh, dalam waktu 15 menit aku sudah sampai di rumahnya. Aku mengetuk pintu dan keluarlah
ibu Aira.
"Malam tante, ada Airanya?" ucapku
sambil tersenyum.
"Ada, kamu nak Fian ya? Bentar ya, Airanya masih dandan tuh"
jawab ibu Aira sambil bercanda.
Dan saat aku sedang berbincangi-bincang dengan
ibu Aira, dia muncul dengan
dress warna biru. Terlihat sangat
anggun, aku sampai
tak mengedipkan mata sedetikpun sampai
dia menyadarkan aku.
"Hey, kok malah bengong sih? Ada yang salah ya?"
tanya Aira.
"Hehe gapapa Ra, kamu cantik
banget" ucapku tanpa sadar.
"Hihi makasih kak, yaudah ayo berangkat. Bu, aku berangkat
ya"
"Iya, tante jalan dulu ya"
Setelah pamit dengan
ibu Aira, aku menyalakan motorku
dan menjalankan dengan
kecepatan sedang. Di perjalanan, aku bilang pada Aira agar tidak memanggil
aku dengan sebutan
"kakak" dan cukup panggil dengan
panggilan nama. Dia mengiyakan dan setelah itu kami sedikit
bercanda di atas motor.
Sekitar 20 menit berlalu, aku dan Aira akhirnya sampai
di tempat tujuan.
Pramusaji menunjukkan menu dan kami memesan makanan.
Karena aku bawa uang pas-pasan,
aku memesan makanan
yang paling murah.
Perbincangan dimulai saat pramusaji membawa
pesanan kami ke dapur. Sambil
menunggu makanan datang,
aku dan Aira ngobrol lumayan
banyak. Saat makanan
datang, kami fokus untuk menghabiskan
makanan yang sudah kami pesan.
Baru setelahnya kami melanjutkan perbincangan.
Tak terasa jam sudah menunjukkan
pukul 9 malam.
Memang benar, saat mengobrol dengan
orang yang bisa membuat kita nyaman, kita seperti terjebak
dalam waktu yang sangat cepat.
Malam semakin larut dan restoran
semakin sepi, kami memutuskan untuk pulang. Di perjalanan pulang,
Aira kembali mengajakku
jalan. Kali ini dia mengajak
aku nonton film di bioskop
besok. Setelah aku fikir-fikir dan menyesuaikan sisa uang bulanan,
akhirnya aku mengiyakan
ajakan Aira.
Merasa lelah, aku tak langsung
terlelap malam ini. Aku memikirkan
apa yang harus aku lakukan
besok, menggunakan pakaian
apa, dan hal-hal
tak penting lainnya.
Aku tidak sabar menanti hari esok. Walau sedikit gugup,
aku sangat senang
saat berbincang dengan
Aira. Aku menutup
malam ini dengan
doa. Berharap dia kembali menghiasi
mimpi indahku. Dan tak lama kemudian, aku terlelap.
Hari itu tiba, Sabtu, 15 Juni 2013 aku dan Aira akan menonton sebuat
film horror yang saat itu sedang booming.
Kami janjian jam 10 pagi. Seperti Rabu lalu, aku menjemput Aira di rumahnya.
Kali ini dia mengenakan kaos putih dengan
celana chino. Entah kenapa bisa sama dengan
apa yang aku kenakan, namun karena aku memakai jaket,
Aira tidak tahu kalau "setelah" kita sama.
Setelah kami pamit pada ibu Aira, kami langsung bergegas
menuju Mall agar bisa mendapat
tempat duduk paling
strategis di dalam bioskop. Aku memacu sepeda
motorku dengan kecepatan
sedang, sambil sedikit
bercanda, aku tetap fokus pada jalanan. Dan setelah 30 menit berlalu,
akhirnya aku dan Aira sampai
di Mall. Di tempat parkir,
aku melepas jaketku
dan sontak Aira kaget karena
baju yang kita kenakan sama, sama-sama putih polos.
"Hey kenapa? Kaget ya baju kita samaan?
Sama, aku juga hehe"
"Iya nih, bisa gitu ya hehe"
"Mungkin kita jodoh"
ujarku ceplas-ceplos sambil
tersenyum.
"Haha bisa aja kamu" jawab Aira malu-malu.
Setelah percakapan absurd
tadi, kami langsung
masuk ke dalam Mall. Karena
masih pagi, keadaan
di Mall hari ini masih sangat sepi dan kami berhasil mendapat
tempat duduk yang kami ingin,
C9 dan C10. Karena studio
baru dibuka sekitar
satu jam lagi, aku mengajak
Aira ke toko buku. Melihat-lihat
novel dan komik kesukaanku. Ada beberapa novel yang menarik
perhatianku, tapi karena
uang yang aku bawa hanya seadanya, aku hanya melihat-lihat
saja.
Setelah bosan berputar-putar di toko buku, aku dan Aira kembali
ke bioskop. Sambil
menunggu, Aira memesan
pop corn dan 2 minum.
Aku merasa tak enak ditraktir
oleh Aira. Sebagai
seorang lelaki, aku merasa malu karena seharusnya
seorang lelakilah yang membelikan wanita
sesuatu. Tapi karena
keadaannya tak memungkinkan,
aku hanya bisa pasrah.
Begitu pintu studio dibuka,
kami bergegas masuk ke dalam.
Ternyata yang menonton
film jam segini
hanya beberapa orang.
Bahkan tak ada setengah dari kursi yang disediakan dalam studio bioskop
tersebut.
Lampu dimatikan,
dan film mulai diputar. Aira yang ketakutan
lebih sering menutup
matanya daripada menonton
film. Akupun lebih sering "menonton" Aira daripada menonton
film. Wajahnya begitu
cantik, bahkan walau dalam ekspresi
ketakutanpun, wajah Aira tetap cantik.
Bagai seorang bidadari
yang diturunkan Sang Pencipta dari surga. Membuatku
tidak bisa konsentrasi
dalam menonton. Apalagi
saat Aira menggengam
tanganku karena ketakutan.
Ah, betapa bahagianya
hariku ini. Sepanjang
sisa film, tangan
Aira tetap menggenggam
tanganku, bahkan semakin
erat.
Begitu film selesai, Aira melepaskan genggaman
tangannya sambil tersenyum.
"Hehe serem banget tadi filmnya, sumpah
aku takut banget.
Untuk ada kamu ya hihi"
ujarnya dengan nada yang sangat
menggemaskan.
"Iya, aku sampe gak bisa konsen
gara-gara kamu genggam
tangan aku erat banget, sakit tau haha"
ucapku santai.
"Kemana lagi nih? Aku belum mau pulang."
"Main timezone
aja yuk" ajakku.
"Yaudah"
Aku dan Aira berjalan
menuju timezone. Kebetulan
sisa saldo di kartu timezoneku
masih banyak, jadi tidak perlu diisi ulang.
Beberapa permainan kami mainkan. Dari basket, balap motor, tembak-tembakan, dan karaoke. Setelah
cape nyanyi-nyanyi, kita keluar dan berhubung saldo masih tersisa,
aku mencoba peruntunganku
untuk mengambil boneka.
Dengan penuh konsentrasi,
aku arahkan pengait
ke arah boneka
teddy bear. Pelan-pelan
aku turunkan, jantung
mulai berdetak sedikit
lebih cepat, dan begitu pengait
berhasil mencengkram boneka
teddy bear yang aku incar,
aku teriak dengan
segenap rasa bahagia.
"Horeeee, aku dapet" kataku
sambil tertawa.
"Haha cieee,
biasa aja kali"
ejek Aira.
"Hehe, nih buat kamu aja Ra"
"Serius nih?"
"Iya, emang aku niatnya
mau ngambilin buat kamu kok"
ujarku sambil memberikan
senyum terbaik yang aku punya.
"Hehe makasih
ya" jawab Aira singkat.
Karena perutku
lapar, aku mengajak
Aira untuk makan.
Namun karena uangku
tidak cukup untuk makan di foudcourt atau restoran yang ada di dalam mall, aku mengajak
Aira makan di warteg. Dia setuju karena
ingin merasakan masakan
warteg yang katanya
enak itu. Kami segera keluar
dari mall menuju
parkiran. Setelah membayar
uang parkir, aku mengemudikan sepeda
motor dengan cepat karena warteg
langganan yang biasa aku datangi
lumayan jauh.
Begitu sampai,
aku dan Aira segera memesan
makanan. Aira sedikit
bingung karena dia tidak biasa makan di tempat seperti
ini. Melihatnya kebingungan,
aku tertawa kecil dan menyarankan
untuk makan ayam dan ia mengiyakan. Setelah
kenyang, aku mengajak
Aira pulang.
"Pulang yuk, Ra" ajakku.
"Nanti aja sih Yan, aku belum mau pulang
nih"
"Yaudah, mau kemana? Kita ke taman aja gimana?"
"Boleh hihi"
Aku dan Aira berangkat
menuju taman di dekat tempat
kost-ku. Sesampainya di taman, aku dan Aira mengobrol panjang.
Saat adzan maghrib
berkumandang, kami menghentikan
obrolan sejenak. Begitu
selesai adzan, kami lanjutkan obrolan.
Dan dari obrolan
itu, aku baru tau kalau Ayah Aira sudah meninggal
dan ia hanya tinggal bersama
ibunya sejak 4 tahun silam.
Aira juga merupakan
anak satu-satunya dari keluarga kecil itu. Sama sepertiku, dia berhasil kuliah
karena otaknya yang bisa dibilang
cerdas. Iya, dia mendapat beasiswa.
Kami juga punya banyak kesamaan
rupanya. Aku jadi semakin nyaman
bersamanya. Bahkan aku sampai lupa kalau sekarang
sudah hampir larut.
"Wah Ra, udah jam 9 nih"
"Iya, gak terasa ya"
"Haha iya, masih belum mau pulang?"
"Belum sih, tapi udah malam juga"
"Yaudah yuk pulang"
Akhirnya waktu yang menjadi
pemisah antara aku dan Aira. Sejujurnya, aku masih ingin bersama Aira. Tapi apa daya, waktu akhirnya menunjukkan
kuasanya. Aku mengantar
Aira pulang. Saat menuju tempat
parkir, terlihat wajah lelah dari Aira. Tapi dia tetap tersenyum menandakan
dia bahagia. Di perjalanan pulang,
kami tak terlalu
banyak ngobrol seperti
sebelumnya. Saat hampir
sampai di rumah Aira, dia memelukku dari belakang sambil
berterimakasih atas seharian
ini.
"Yan, makasih
ya atas hari ini. Sumpah,
ini hari yang indah banget"
ucapnya sambil memelukku.
"Hehe iya Ra, makasih
juga ya. Aku seneng banget
hari ini" balasku.
Dengan perasaan
senang, aku memacu
motorku dengan kecepatan
sedang. Mengingat setiap
moment yang terjadi
hari ini. Sungguh
membuat aku tak bisa berhenti
tersenyum. Sampai di kost, aku langsung membaringkan
tubuhku. Lelah sekali
hari ini, tapi sangat tak terlupakan. Dan tanpa sadar,
aku masuk ke dunia mimpi.
Belum baca part sebelumnya? Silahkan klik disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar