Kisah ini dimulai ketika aku mulai mencintaimu.
Kita manusia gak pernah tau kapan dan dengan siapa kita akan jatuh cinta. Perasaan itu akan muncul tanpa kita sadari dan semakin lama semakin tumbuh bila dibiarkan. Dan dari cinta inilah kita akan mengenal patah hati. Saat dimana cinta kita tidak dipedulikan oleh orang yang kita cintai.
Pagi ini aku sekolah dengan perasaan senang. Senang karena semalaman tadi aku ber-sms ria dengan orang yang sangat aku cinta. Hal ini cukup membuat aku lebih bersemangat dalam menjalani aktifitasku di sekolah. Apalagi bisa dipastikan kalau aku bertemu gadis yang aku cintai tersebut.
Oh iya, perkenalkan, aku Bima. Siswa yang cukup menonjol di sekolahku, SMK Bintang. Selama 3 tahun di sekolah ini, aku selalu mendapat peringkat 10 besar.
Aku masuk ke dalam kelas dan langsung memperhatikan sekitar. Mencari-cari Meri, perempuan tercantik menurutku. Aku mengenalnya sejak kami dipertemukan di tingkat 11. Kami sekelas dan menjadi semakin dekat karena aku dan Meri duduk berdekatan. Awalnya, aku tidak merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Tapi seiring berjalannya waktu dan seringnya intensitas kami mengobrol baik di dunia nyata maupun dunia maya, perasaan itu akhirnya muncul. Aku merasa sangat nyaman saat bersama Meri. Dia mampu membuatku melupakan sejenak masalah yang sedang aku hadapi. Membuatku tersenyum disaat hatiku pilu. Membuatku kuat disaat aku lemah. Dan membuatku berarti saat semua orang tak mempedulikanku.
Sejauh mata memandang, aku tak melihat Meri. Ah, mungkin dia belum datang. Dan tak lama kemudian dia
datang sambil memberi senyum ke arahku. Sontak aku balas senyumnya dengan senyuman termanis yang ku punya.
Mimpi apa aku semalam? Pagi ini sudah disenyumi oleh orang yang paling aku cinta. Semakin bersemangat saja aku hari ini.
Hari berlalu dan terus berganti. Semua masih berjalan seperti biasa. Hubunganku dan Meri semakin dekat sampai-sampai digosipkan sudah pacaran. Aku dan Meri menampik tudingan tersebut karena kami memang belum berpacaran. Dan mereka percaya walaupun tetap mengejek kami. Kadang Meri terlihat risih dengan ejekan teman-teman tentang kami, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa.
Suatu hari, aku meminta saran kepada sahabat-sahabatku apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Apa harus mengungkapkan perasaan ini atau tetap ku pendam rapat-rapat. Dan serentak mereka menjawab hal yang sama. Ya, mereka berkata bahwa aku harus mengungkapkan perasaanku.
Aku memikirkan perkataan teman-temanku tadi dan ku rasa, aku memang harus mengungkapkannya. Aku membulatkan tekad dan mempersiapkan hari dimana aku akan mengungkapkan perasaanku ini. Selama aku mempersiapkan hatiku, ternyata Meri semakin menjauh dariku. Entah apa yang terjadi, tapi dia semakin jauh. Setelah aku bertanya pada sahabat Meri, ternyata dia sedang mencintai seseorang. Dan orang itu bukan aku. Sakit sekali hatiku.
Hari-hariku semakin buruk sejak aku tau dia sedang mencintai orang lain. Namun aku tak ingin terlihat 'sakit' dihadapan Meri. Aku berusaha kuat. Bahkan saat Meri menceritakan 'gebetan' nya itu. Jujur, aku tak tau harus berbuat apa. Disatu sisi, aku mencintai dia dan disisi lain aku adalah sahabat sekaligus kakak untuknya. Aku mencoba bertahan dengan semua ini. Sampai akhirnya aku terlalu lemah untuk menahan semua perasaanku.
Malam itu aku mengajak Meri keluar untuk sekedar makan. Kami tetap bercanda ria seperti biasa. Sampai akhirnya, setelah makanan selesai disantap, aku memulai perbincangan yang serius. Aku bicara jujur tentang perasaanku kepada Meri. Sambil menahan air mata yang sudah berada di ujung kelopak mata, aku bicara jujur sejujur-jujurnya pada Meri. Dia tampak terharu. Namun dia tetap tidak bisa menerimaku. Aku hanya tersenyum berharap dia ikut tersenyum melihatku tersenyum. Setelah itu aku mengantar Meri pulang. Di perjalanan, kami hanya saling diam. Ditengah sunyi, Meri tiba-tiba berkata 'Mungkin perasaan ini bisa berubah seiring berjalannya waktu'. Aku hanya tersenyum dan menjawab singkat 'Iya'.
Hari itu berlalu, hari dimana hati sang pejuang cinta patah dan hancur. Orang yang aku cintai ternyata hanya menganggapku seorang kakak. Dan dia tetap memilih untuk mencintai orang yang dia pilih. Tapi aku tetap bertahan. Berharap kalimat terakhir yang dia ucapkan benar-benar terjadi. Tapi semua itu hanya mimpi. Satu bulan berlalu, hubungan kami tetap dekat. Dua bulan, mulai terlihat jarak antara aku dan Meri. Tiga bulan kami mulai jauh. Hingga kini, sudah hampir satu tahun setelah aku menyatakan perasaanku, kami sudah tak saling sapa. Bahkan di dunia maya.
Mungkin ini yang terbaik untuk Meri, aku juga berusaha tak memperdulikannya. Aku selalu berharap suatu saat dia datang lebih dulu padaku untuk sekedar menanyakan kabar dariku, namun tak pernah sama sekali. Walau kami masih sekelas saat ini, tak pernah lagi ada canda di antara kami. Bahkan, aku seperti angin yang tak terlihat olehnya. Aku hanya bisa tersenyum dalam kesedihan ini.
Kini Ujian sudah di depan mata, aku tak ingin nilaiku hancur hanya karena pikiranku yang terus memikirkan Meri. Aku berusaha melupakan sejenak masalah ini. Aku harus bisa. Dan aku berhasil melewati semua ujian dengan baik. Bahkan saat kelulusan, aku mendapat nilai tertinggi di sekolahku. Aku bahagia sekali. Tapi tetap ada kesedihan yang melanda hati ini. Iya, karena Meri.
Setelah lulus, aku masuk Universitas ternama di Jakarta. Aku masuk jurusan MIPA. Disana aku cukup terkenal sejak pertama masuk. Tapi, aku tak memperdulikan mereka karena di hatiku masih ada Meri. Entah sampai kapan hati ini hanya untukmu Meri. Aku sangat mencintai Meri, biarkan rasa ini tetap ada walau kita sudah terpisah jauh. Semoga dia bahagia dengan orang yang dia cintai itu. Aku selalu mendoakan yang terbaik untuknya.
Kita manusia gak pernah tau kapan dan dengan siapa kita akan jatuh cinta. Perasaan itu akan muncul tanpa kita sadari dan semakin lama semakin tumbuh bila dibiarkan. Dan dari cinta inilah kita akan mengenal patah hati. Saat dimana cinta kita tidak dipedulikan oleh orang yang kita cintai.
Pagi ini aku sekolah dengan perasaan senang. Senang karena semalaman tadi aku ber-sms ria dengan orang yang sangat aku cinta. Hal ini cukup membuat aku lebih bersemangat dalam menjalani aktifitasku di sekolah. Apalagi bisa dipastikan kalau aku bertemu gadis yang aku cintai tersebut.
Oh iya, perkenalkan, aku Bima. Siswa yang cukup menonjol di sekolahku, SMK Bintang. Selama 3 tahun di sekolah ini, aku selalu mendapat peringkat 10 besar.
Aku masuk ke dalam kelas dan langsung memperhatikan sekitar. Mencari-cari Meri, perempuan tercantik menurutku. Aku mengenalnya sejak kami dipertemukan di tingkat 11. Kami sekelas dan menjadi semakin dekat karena aku dan Meri duduk berdekatan. Awalnya, aku tidak merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Tapi seiring berjalannya waktu dan seringnya intensitas kami mengobrol baik di dunia nyata maupun dunia maya, perasaan itu akhirnya muncul. Aku merasa sangat nyaman saat bersama Meri. Dia mampu membuatku melupakan sejenak masalah yang sedang aku hadapi. Membuatku tersenyum disaat hatiku pilu. Membuatku kuat disaat aku lemah. Dan membuatku berarti saat semua orang tak mempedulikanku.
Sejauh mata memandang, aku tak melihat Meri. Ah, mungkin dia belum datang. Dan tak lama kemudian dia
datang sambil memberi senyum ke arahku. Sontak aku balas senyumnya dengan senyuman termanis yang ku punya.
Mimpi apa aku semalam? Pagi ini sudah disenyumi oleh orang yang paling aku cinta. Semakin bersemangat saja aku hari ini.
Hari berlalu dan terus berganti. Semua masih berjalan seperti biasa. Hubunganku dan Meri semakin dekat sampai-sampai digosipkan sudah pacaran. Aku dan Meri menampik tudingan tersebut karena kami memang belum berpacaran. Dan mereka percaya walaupun tetap mengejek kami. Kadang Meri terlihat risih dengan ejekan teman-teman tentang kami, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa.
Suatu hari, aku meminta saran kepada sahabat-sahabatku apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Apa harus mengungkapkan perasaan ini atau tetap ku pendam rapat-rapat. Dan serentak mereka menjawab hal yang sama. Ya, mereka berkata bahwa aku harus mengungkapkan perasaanku.
Aku memikirkan perkataan teman-temanku tadi dan ku rasa, aku memang harus mengungkapkannya. Aku membulatkan tekad dan mempersiapkan hari dimana aku akan mengungkapkan perasaanku ini. Selama aku mempersiapkan hatiku, ternyata Meri semakin menjauh dariku. Entah apa yang terjadi, tapi dia semakin jauh. Setelah aku bertanya pada sahabat Meri, ternyata dia sedang mencintai seseorang. Dan orang itu bukan aku. Sakit sekali hatiku.
Hari-hariku semakin buruk sejak aku tau dia sedang mencintai orang lain. Namun aku tak ingin terlihat 'sakit' dihadapan Meri. Aku berusaha kuat. Bahkan saat Meri menceritakan 'gebetan' nya itu. Jujur, aku tak tau harus berbuat apa. Disatu sisi, aku mencintai dia dan disisi lain aku adalah sahabat sekaligus kakak untuknya. Aku mencoba bertahan dengan semua ini. Sampai akhirnya aku terlalu lemah untuk menahan semua perasaanku.
Malam itu aku mengajak Meri keluar untuk sekedar makan. Kami tetap bercanda ria seperti biasa. Sampai akhirnya, setelah makanan selesai disantap, aku memulai perbincangan yang serius. Aku bicara jujur tentang perasaanku kepada Meri. Sambil menahan air mata yang sudah berada di ujung kelopak mata, aku bicara jujur sejujur-jujurnya pada Meri. Dia tampak terharu. Namun dia tetap tidak bisa menerimaku. Aku hanya tersenyum berharap dia ikut tersenyum melihatku tersenyum. Setelah itu aku mengantar Meri pulang. Di perjalanan, kami hanya saling diam. Ditengah sunyi, Meri tiba-tiba berkata 'Mungkin perasaan ini bisa berubah seiring berjalannya waktu'. Aku hanya tersenyum dan menjawab singkat 'Iya'.
Hari itu berlalu, hari dimana hati sang pejuang cinta patah dan hancur. Orang yang aku cintai ternyata hanya menganggapku seorang kakak. Dan dia tetap memilih untuk mencintai orang yang dia pilih. Tapi aku tetap bertahan. Berharap kalimat terakhir yang dia ucapkan benar-benar terjadi. Tapi semua itu hanya mimpi. Satu bulan berlalu, hubungan kami tetap dekat. Dua bulan, mulai terlihat jarak antara aku dan Meri. Tiga bulan kami mulai jauh. Hingga kini, sudah hampir satu tahun setelah aku menyatakan perasaanku, kami sudah tak saling sapa. Bahkan di dunia maya.
Mungkin ini yang terbaik untuk Meri, aku juga berusaha tak memperdulikannya. Aku selalu berharap suatu saat dia datang lebih dulu padaku untuk sekedar menanyakan kabar dariku, namun tak pernah sama sekali. Walau kami masih sekelas saat ini, tak pernah lagi ada canda di antara kami. Bahkan, aku seperti angin yang tak terlihat olehnya. Aku hanya bisa tersenyum dalam kesedihan ini.
Kini Ujian sudah di depan mata, aku tak ingin nilaiku hancur hanya karena pikiranku yang terus memikirkan Meri. Aku berusaha melupakan sejenak masalah ini. Aku harus bisa. Dan aku berhasil melewati semua ujian dengan baik. Bahkan saat kelulusan, aku mendapat nilai tertinggi di sekolahku. Aku bahagia sekali. Tapi tetap ada kesedihan yang melanda hati ini. Iya, karena Meri.
Setelah lulus, aku masuk Universitas ternama di Jakarta. Aku masuk jurusan MIPA. Disana aku cukup terkenal sejak pertama masuk. Tapi, aku tak memperdulikan mereka karena di hatiku masih ada Meri. Entah sampai kapan hati ini hanya untukmu Meri. Aku sangat mencintai Meri, biarkan rasa ini tetap ada walau kita sudah terpisah jauh. Semoga dia bahagia dengan orang yang dia cintai itu. Aku selalu mendoakan yang terbaik untuknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar