Belum baca part sebelumnya? Silahkan klik disini.
Alarm berbunyi, aku segera bangkit dari kasur dan mematikan alarm. Duduk sejenak dan mengingat mimpi semalam. Mimpi yang sangat indah. Aku duduk berdua dengan Aira di taman, berceloteh ria, bercanda, bermain ayunan, ah sangat romantis hingga akhirnya alarm membangunkanku. Tak lama kemudian, aku melihat jadwal mata kuliah hari ini dan baru ingat kalau ada tugas yang harus aku kumpulkan hari ini. Dan aku teringat bahwa dosen mata kuliah ini bisa dibilang "killer". Tapi karena sudah tak mungkin untuk menyelesaikannya dalam sekejab, aku memutuskan untuk mandi dan pasrah dengan apa yang akan terjadi nanti.
Alarm berbunyi, aku segera bangkit dari kasur dan mematikan alarm. Duduk sejenak dan mengingat mimpi semalam. Mimpi yang sangat indah. Aku duduk berdua dengan Aira di taman, berceloteh ria, bercanda, bermain ayunan, ah sangat romantis hingga akhirnya alarm membangunkanku. Tak lama kemudian, aku melihat jadwal mata kuliah hari ini dan baru ingat kalau ada tugas yang harus aku kumpulkan hari ini. Dan aku teringat bahwa dosen mata kuliah ini bisa dibilang "killer". Tapi karena sudah tak mungkin untuk menyelesaikannya dalam sekejab, aku memutuskan untuk mandi dan pasrah dengan apa yang akan terjadi nanti.
Di kampus,
dugaanku benar. Aku dihukum tidak boleh masuk kelas oleh sang guru "killer" karena
belum menyelesaikan tugas.
Akupun pergi ke kantin untuk menghabiskan waktu.
Ternyata, Aira juga ada di kantin. Saat aku tanya,
dia juga dihukum
tidak boleh masuk kelas karena
belum menyelesaikan tugas.
Entah ini kebetulan
atau bukan, tapi aku senang
bisa bersama dia lagi. Kami mengobrol lumayan
banyak sampai akhirnya
kami harus masuk ke mata kuliah selanjutnya.
Di percakapan tadi, aku juga sempat bercerita
bahwa semalam aku memimpikan dia. Dan ternyata
dia juga memimpikan
aku. Oh Tuhan,
apakah kami jodoh.
Hubungan aku dengan Aira semakin dekat,
kami semakin sering
jalan bersama. Dari mulai nonton,
makan, jalan, semua kami lakukan
bersama. Aku merasa
sangat nyaman berada
disampingnya. Bahkan, saat Aira ulang tahun yang ke 20, kami menghabiskan
satu hari penuh bersama. Tepat dari jam 12 malam sampai jam 12 malam esok harinya.
Sampai akhirnya aku lulus, kami semakin jarang
bertemu. Hubungan kami hanya sebatas
lewat sms, telpon,
atau dunia maya. Ini dikarenakan
aku sudah bekerja
di sebuah perusahaan
terkenal di Jakarta.
Aku harus terpisah
jarak yang cukup jauh dengan
Aira yang masih harus kuliah.
Tapi agar hubungan
kami terjalin baik, aku sering
mampir ke Bandung
untuk sekedar jalan bareng bersama
Aira.
Pada suatu malam di rumahku, aku berfikir sejenak.
Apakah Aira memiliki
rasa yang sama seperti yang aku rasakan?
Selama ini kami selalu menghabiskan
waktu bersama. Bahkan
setiap perhatian yang dia berikan
bukan cuma sekadar
perhatian seorang teman.
Tapi aku takut mengungkapkan perasaan
ini. Aku takut Aira hanya menganggapku teman,
tak lebih. Aku takut saat Aira megetahui
perasaanku, dia menjauh.
Aku takut patah hati.
Minggu, 14 Juni 2015 adalah ulang tahun Aira yang ke 21. Sehari
sebelumnya, atau tepatnya
hari Sabtu, aku pergi ke Bandung dengan
menaiki mobil sedan,
mobil yang sudah lama ayah berikan untukku.
Tidak lupa aku membeli kado sebuah boneka
teddy bear sebesar
tubuh manusia. Tujuannya
tentu agar saat Aira merindukan
aku, dia bisa memeluk boneka
itu sebagai penggantinya.
Aku juga tidak memberitahu Aira sebelumnya bahwa hari ini aku ke Bandung agar menjadi surprise.
Begitu sampai, aku segera mengetuk
pintu rumah Aira dan seperti
biasa, ibunya lebih dulu keluar.
Aku meminta izin untuk membawa
Aira pergi sampai
tengah malam nanti dan ibunya
setuju. Ya, ibu Aira sudah mempercayakan Aira sepenuhnya padaku.
Dan tak lama kemudian, Aira keluar dengan
kaos dan celana
chino-nya.
Aku pamit pada ibu Aira dan membawa Aira pergi ke Mall. Menonton
film, bermain timezone,
keliling toko buku, dan makan malam. Selesai
makan malam, aku mengajak Aira ke taman.
Seperti pertama kali jalan berdua,
aku mengajak Aira ke tempat
yang sama. Bedanya,
hari ini sampai
tengah malam. Kami ngobrol panjang
sambil ditemani es cream yang kami beli lebih dulu di supermarket.
Semakin larut, Aira mulai resah dan mengajakku
pulang, tapi aku terus menahannya.
Aira mulai tampak
mengantuk. Karena jam sudah menunjukan
jam 11:47, aku mengajak Aira pulang. Tepat
di depan rumahnya,
jam sudah menunjukan
jam 12:03. Aku mengucapkan selamat
ulang tahun yang ke 21 dan memberikan
kado yang sudah aku siapkan.
"Selamat ulang tahun Aira. Cieee semakin
tua nih hehe"
"Hehe iya nih, bentar
lagi aku lulus kaya kamu"
"Iya ya, gak terasa.
Oh iya aku ada hadiah
buat kamu" aku mengambil boneka
dari jok belakang.
"Ya ampun gede banget
bonekanya"
"Iya, biar kalo kamu kangen aku, kamu bisa peluk boneka
ini hehe"
"Hihi makasih
ya" ucap Aira, kemudian memelukku.
"Aku sayang kamu Yan" tiba-tiba
Aira mengejutkanku dengan
kalimatnya.
"A..aku.. juga sa..yang kamu, Ra" jawabku
terbata-bata masih tak percaya dengan
apa yang aku dengar.
"Yaudah sana kamu pulang,
udah larut loh. Makasih ya atas kadonya,
hati-hati"
"Iya Ra"
balasku sambil tersenyum.
Aku memacu
mobilku dengan kecepatan
sedang. Karena jalanan
lengang, aku berhasil
sampai Jakarta dalam waktu satu jam saja. Kasur telah menungguku, aku ingin segera
merebahkan lelahku hari ini dan bermimpi indah.
Dan begitu sampai
rumah, aku langsung
masuk kamar dan tidur.
Pagi-pagi sekali
aku terbangun. Bukan,
kali ini bukan karena alarm.
Tapi mimpi buruk yang membuatku
terbangun. Di mimpi itu aku melihat Aira bersama laki-laki
lain. Mereka terlihat
mesra, sangat mesra.
Aku tak tahu apa arti mimpi ini, tapi aku harap mimpi ini tak jadi kenyataan.
Apa ini pertanda
buruk? Aku mulai berfikir untuk menyataan perasaanku
ini. Aku ingat sebuah statement
seseorang bahwa semua rasa harus diungkapkan, walau akhirnya harus sakit hati tapi setidaknya
kita telah megungkapkannya. Karena
saat kita berani
jatuh cinta, berarti
kita harus berani
patah hati.
20 Agustus
2015, hari Kamis.
Tanggal dimana pertama
kali kita ketemu
tepat 3 tahun yang lalu. Aku ingin mengungkapkan perasaan
ini pada Aira. Tepat 3 tahun setelah
kami bertemu. Hari ini aku izin untuk tidak kerja dengan alasan
sakit. Tentu saja aku berbohong
karena mungkin aku tidak akan diizinkan tidak masuk kantor
kalau alasanku hanya hal sepele.
Sekitar jam 2 aku berangkat menuju
Bandung. Aku membeli
mawar merah segar dan mawar merah yang sudah layu. Setelah 2 setengah jam berlalu, aku sampai di rumah Aira. Disana ada motor yang baru pertama
kali kulihat. Saat aku mengetuk
pintu, seperti biasa ibunya yang pertama kali keluar.
"Aira ada tan?" tanyaku
pada ibu Aira.
"Oh ada kok, tapi lagi ada tamu sih"
"Siapa bu?"
"Biar Aira yang ngomong
aja deh, tante panggilin Aira dulu ya sebentar"
"Oke deh tan"
5 menit aku menunggu,
akhirnya Aira keluar.
Aku mengajaknya sebentar
agak menjauh dari rumahnya dan mulai berbicara
serius.
"Ra, aku mau jujur sama kamu"
"Jujur tentang
apa Yan?"
"Aku sebenernya
udah lama suka sama kamu, sejak pertama
aku ngeliat kamu. Tapi aku gak berani
ngungkapin perasaan aku ini. Aku sayang sama kamu Ra, aku cinta sama kamu"
Tiba-tiba Aira meneteskan air mata. "Yan,
sebenernya aku juga udah lama suka sama kamu. Dan seiring waktu berjalan, perasaan
ini semakin dalam.
Aku udah lama nunggu-nunggu saat ini, tapi apa? Yang aku tunggu-tunggu
baru terjadi sekarang"
"Iya, aku baru siap sekarang Ra. Aku takut kamu gak punya rasa yang sama sama aku Ra, aku takut patah hati"
"Kamu lebih takut patah hati daripada
kehilangan aku?"
"Maksud kamu?"
"Setelah kamu lulus, ada cowo yang deketin aku. Buat aku yang merasa
kehilangan kamu, aku seneng. Aku sama dia semakin deket dan baru 2 hari yang lalu dia nembak
aku"
"Dan kamu terima dia?"
"Iya!!!" jawab Aira mulai terisak.
"Maafin aku Ra, aku terlalu takut untuk ngungkapin
semua ini, maaf Ra. Aku gak pantes
untuk kamu. Mulai sekarang, aku gak akan ngusik kamu lagi Ra. Aku sangat
sayang sama kamu, semoga kamu bahagia sama dia"
Dengan penuh penyesalan, aku pulang setelah
pamit pada ibu Aira. Aku pulang dengan
perasaan terpukul. Mimpi itu menjadi
nyata. Aira kini bersama laki-laki
lain. Aku hanya bisa merelakannya.
Biarkan ini menjadi
pelajaran berharga untukku,
agar tidak menyia-nyiakan waktu yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar