Rabu, 02 Oktober 2013

Cerita Di Malam Yang Sunyi

Perumahan. Apa yang kalian bayangkan dari kata tersebut? Indah? Bersih? Nyaman? Aman? Yup, memang seperti itu kenyataannya. Di perumahan tempat gue tinggal, Gading Griya Lestari -yang biasa disingkat GGL- memang tampak seperti gambaran tadi. Namun ada satu sisi menyeramkan di perumahan ini. Iya, tepat di depan rumah gue terdapat hamparan sawah yang sangat luas.

Oh ya, kenalin nama gue Septian. Gue tinggal disini sejak gue lahir 17 tahun silam. Keadaan dulu dan sekarang tampak berbeda. Dulu, seperti yang gue bilang tadi, tepat di depan rumah gue terdapat sawah yang terbentang luas. Setiap malam terdengar suara-suara yang mampu membuat bulu kuduk merinding. Oleh karena itu, tak pernah ada yang keluar di malam hari kecuali satpam komplek yang bertugas menjaga perumahan.

Namun sekarang, hamparan sawah itu sudah berubah menjadi perumahan baru. Mungkin karena 'tempat tinggal' mereka diusik, mereka mulai mengusik penghuni tempat gue tinggal.


Gue ini orangnya suka keluar malem. Bahkan sering pulang tengah malam. Suasana perumahan yang sangat sepi, bahkan saat siang haripun sangat mencekam di malam hari. Untungnya lampu penerangan di GGL tidak buruk. Namun ada satu hal yang membuat gue bergidik ngeri. Setiap kali gue melewati daerah yang ada penerangannya, lampu yang awalnya hidup seketika mati mendadak. Atau bahkan sebaliknya. Bagaimana bisa hal itu terjadi sesering ini?

Karena gue orangnya cuek, jadi gue gak begitu peduli dengan apa yang terjadi. Walau ulah makhluk halus sekalipun. Hari demi hari tetap gue lalui seperti biasa. Keluyuran selepas adzan maghrib dan pulang setelah jam menunjukkan pukul 12.00 tengah malam. Kejadian yang sama terus berulang. Membuat gue mulai cemas dan sedikit rasa takut. Namun gue tetap menjalani rutinitas gue itu.

Suatu hari, di tengah malam yang cukup pekat, gue keluar bermain ke rumah teman gue yang juga ada di komplek. Sekedar bermain catur. Hari itu gue pulang jam 9 malam. Hal yang tidak biasa buat gue. Saat perjalanan pulang, gue berjalan dengan santai. Hingga akhirnya bulu kuduk gue berdiri seketika. Jantung gue berdetak semakin cepat. Langkah kaki gue pun semakin cepat. Dan saat sampai di belokan, suara itu membuat gue berlari, berlari dengan sangat cepat. Nafas ini memburu. Jantung ini seperti berpacu di lintasan balap. Dan gue beruntung pintu rumah gue terbuka. Gue langsung lari dan masuk ke kamar. Mengurung diri untuk menenangkan pikiran sejenak. Tak percaya dengan apa yang gue alami malam ini. Suara kuntilanak yang tertawa dengan kencangnya. Suara yang mampu membuat gue lari ketakutan. Dan gue beruntung saat itu tak terjadi apa-apa.

Besoknya, gue gak berani lagi keluar malam. Takut hal yang sama akan terjadi. Bahkan, untuk keluar kamar di malam hari saja gue gak berani. Gue merasa seperti anak bocah karena peristiwa itu. Belum lagi, gue sempet mendapat kejadian aneh saat berada di rumah seorang diri. Pernah suatu ketika, gue lagi asik smsan sama temen gue dan tiba-tiba tv di kamar gue nyala. Sempet juga waktu gue lagi asik denger lagu, tiba-tiba kalender di kamar jatoh. Padahal angin gak berhembus begitu kencang. Kadang, saat gue tidur, badan gue terasa berat banget sampe sesak gak bisa bergerak. Katanya sih ditiban makhlus halus, tapi entahlah. Dan semua hal itu bikin gue makin jadi penakut.

Namun gue sadar. Gak seharusnya gue jadi penakut. Gue ini cowo, gue harus melindungi cewe. Masa iya nanti gue malah ngumpet dibalik pundak cewe saat ada "hantu". Kayanya gue cemen banget. Dan akhirnya, setelah sekian lama, gue mulai berani keluar malam dan menjalani rutinitas seperti saat kejadian itu belum terjadi. Gue gak mau jadi seorang cowo penakut. Dan gue harap itu adalah kejadian pertama dan terakhir yang gue alami dalam hidup gue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar