September, 30.
Pagi ini hujan turun cukup deras. Dan aku tertahan di antrian orang-orang yang hendak melapor pajak perusahaan. Ramai sekali hari ini, padahal jam baru menunjukkan pukul 9, bahkan kurang. Kupikir nomor antrian sudah tutup, tapi ternyata belum. Orang-orang yang ramai mengantri adalah wajib pajak pribadi. Dan aku duduk sambil menunggu nomor antrian.
Aku mendapat nomor antrian 162. Sedangkan nomor antrian yang dipanggil baru 21. Menunggulah aku, ditengah keramaian yang entah mengapa aku benci.
Hari ini adalah hari terakhir di bulan September. Bulan dimana aku mulai melihat dunia, dunia yang penuh kepalsuan. Dunia yang terlalu banyak drama, seolah seisi dunia sedang memainkan peran dalam seni teater, padahal mereka sedang tidak berada di panggung. Sambil menunggu 141 nomor, aku memejamkan mata sejenak.
September adalah bulan yang selalu ku tunggu. Kenapa? Karena bulan inilah aku lahir. Jujur saja, aku selalu menantikan, apakah hari ulang tahunku akan spesial? Begitulah pikirku sampai aku sadar, tepatnya setahun yang lalu, bahwa hari ulang tahun bukan lagi sebuah perayaan yang harus dibesar-besarkan. Namun tetap saja, dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku selalu berharap mendapat kejutan-kejutan dan hadiah yang indah.
Tahun ini aku berumur 21, dan itu berarti aku sudah cukup dewasa untuk mengemban kewajiban dan tanggung jawab yang lebih besar. Tak banyak lagi waktu untuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Ya begitulah pikirku, tapi kenyataannya aku terlalu banyak membuang waktuku dengan sia-sia.
Menyebalkan memang, apa yang dipikirkan, apa yang diinginkan, apa yang berada dalam angan-angan tak selalu berjalan mulus. Kenyataan justru sebaliknya. Namun begitulah hidup. Akan selalu ada hambatan. Hambatan itulah yang menentukan, apakah kita bisa melewatinya dan terus maju, atau malah menyerah dan mundur.
Lalu, apakah sebulan ini aku telah melangkahkan kakiku ke depan? Aku rasa ya, walau hanya sedikit, aku telah melangkah maju. Rasa penasaran akan banyak hal membuatku banyak belajar. Dan itulah salah satu langkah yang membuatku lebih baik. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk kedepan.
Dan nomor antrianku dipanggil, segera aku duduk di depan petugas untuk menyerahkan dokumen dan menunggu bukti penerimaan surat dicetak. Hujanpun sudah reda, aku bisa kembali ke kantor dan melanjutkan pekerjaan. Semoga dengan berakhir bulan September ini, aku bisa melangkahkan kakiku lebih dan lebih lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar