Senin, 03 Juni 2013

Hurt.

Iya, seperti kata orang, gak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dan gue sadar akan hal itu. Gue juga gitu. Iyalah, diliat dari sisi manapun gue itu gak sempurna. Tapi Allah menciptakan kita seseorang untuk melengkapi dan menyempurnakan kita. Iya.

Gue hidup dalam kehidupan yang cukup kelam dalam urusan 'seseorang' itu. Gue gak pernah dapetin orang yang bener-bener gue cintai dan inginkan buat jadi 'seseorang' yang melengkapi dan menyempurnakan gue itu. Mungkin memang Allah merencanakan hal lain yang lebih baik. Saat ini gue berpegang teguh pada kalimat tersebut. Gue pun menjalani kehidupan gue dengan jalurnya.

Tapi gimana ya kalo gue emang udah terlanjur jatuh terlalu jauh di hati 'seseorang' itu? Ya, itu yang saat ini gue rasain. Rasa cinta yang begitu meluap. Gue mulai deket sama dia dengan maksud pdkt. Tapi ternyata gue masuk dalam 'friend zone'. Rasa nyaman itu lama kelamaan berubah dan dia menganggap gue sebagai seorang kakak untuk dia. Sigh.


Gue gak mau ngerusak hubungan yang udah terjalin ini dengan menyatakan perasaan gue yang sebenernya ke dia. Tapi temen-temen gue mendukung gue dan membuat gue akhirnya menyatakan perasaan itu. Gue pun memutuskan buat nyatain perasaan gue ke dia. Di suatu malam, gue nyatain perasaan gue di depan temen-temen gue tadi. Inget, nyatain loh ya bukan nembak. Gue cuma sekedar pengen dia tau bagaimana perasaan gue sama dia. Kalaupun dia merespon positif cinta gue, ya itu cuma hadiah buat gue.

Sesuai yang sudah gue duga, perasaan dia ke gue hanya sebatas 'kakak'. Ya gue terima aja, toh gue emang gak mau memaksakan cinta. Setelah gue nyatain perasaan gue itu, gue pulang. Temen-temen gue juga pulang. Salah satu temen gue nganterin orang yang gue cinta itu.

'Mungkin perasaan itu bisa berubah seiring berjalannya waktu'. Iya, gue percaya banget sama kalimat tersebut. Gue emang yakin banget perasaan seseorang itu bisa berubah seiring bergulirnya waktu. Entah itu menjadi cinta atau menjadi benci/ilfeel. Di awal sih hubungan gue sama dia masih baik-baik aja. Tapi lama-lama dia mulai berubah dan sedikit 'jauh'. Entah perasaan gue aja apa bukan, tapi gue ngerasain 'perbedaan' itu.

Intesitas kita ngobrol atau sebatas smsan dan saling sapa di dunia maya mulai berkurang. Yup, lost contact. Oke, mungkin emang ini udah jalannya. Gue terima dengan berat hati. Gak bisa dipungkiri kalo hati gue saat itu sakit sesakit sakitnya sakit. Hampir setiap malam gue kepikiran dia. Tapi hampir tiap malam juga dia kepikiran orang yang dia suka. Gak ada titik temu sama sekali.

Gue terus bertahan dengan rasa sakit ini. Rasa sakit yang gak seberapa besar dengan rasa cinta gue ke dia. Tapi semakin gue bertahan, hati gue semakin sakit. Begitu pula rasa cinta gue ini, semakin lama semakin cinta. Persetan dengan rasa sakit ini. Rasa sakit ini gak seberapa besar sama rasa bahagia gue saat melihat dia tersenyum. Seolah, rasa sakit gue terbayar oleh senyuman dia yang gue tau bukan dia tujukan untuk gue. Tapi setidaknya, melihat senyuman orang yang kita cinta bisa membuat kita lebih bersemangat. Entah teori ini bener apa enggak.

Gue belum tau mau sampe kapan bertahan. Yang gue tau, gue ingin selalu dia tersenyum walau bukan karena gue. Beruntungnya, gue masih punya banyak temen yang mampu menghibur gue. Setidaknya bibir gue masih mampu tersenyum walau tak seindah saat dia yang membuatnya tersenyum. Cinta itu indah sebagaimana kamu membuatnya selalu indah. Sebaliknya, cinta itu akan terasa sakit jika kamu membuatnya terasa sakit. Jadi, hiduplah dengan terus melihat sisi indahnya. Karena hidup ini indah jika kamu percaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar