Pada suatu hari, tinggallah seekor kucing yang hidup sendirian. Hidupnya selalu kesepian. Walau saat bersama teman kucing lainnya, dia tetap merasa seperti sedang sendirian. Tawanya adalah teriakan hatinya yang sakit. Senyumnya adalah gurat kesedihan yang tak ingin diperlihatkan. Seolah hidupnya selalu bahagia. Padahal itu hanya topeng yang ia buat. Jauh di dasar hatinya, dia sedang bersedih, sangat sedih.
Waktu berjalan sangat lambat, sang kucing melalui hari-hari seperti biasa. Datang ke tempat sampah tiap pagi, siang, sore, dan malam. Berharap ada sedikit sisa makanan yang bisa ia lahap. Mengisi kekosongan di perutnya. Walau hatinya tetap kosong. Hampa. Setidaknya perutnya terisi. Begitu pikirnya.
Hari demi hari berlalu merangkai minggu, minggu demi minggu berlalu menjadi bulan, bulan demi bulan berlalu menuju tahun. Dan hidupnya terus seperti itu. Sepi, seolah tak ada kucing lain yang hidup selain dirinya sendiri, senyap seperti malam yang sangat gelap. Hidupnya benar-benar menyedihkan.