Selasa, 10 November 2015

Diganggu makhluk halus.

Sejak dulu, rumah gue emang terasa angker, tapi selama 18 tahun gue tinggal disini gue gak pernah digangguin sama makhluk halus. Menjelang bulan Agustus, kejadian itu terjadi. Adek gue yang biasanya gak bisa diem, bawel, ngeselin tiba-tiba jadi diem. Dia gak mau sekolah sampe sekitar seminggu.

Hari Minggu (lupa tanggal berapa) waktu gue bangun, nyokap cerita kalo adek gue minta maaf sejak pagi. Bahkan dia sms kakak gue yang di Bandung cuma buat minta maaf. Gak cuma sampe situ, adek gue juga nulis "Maaf" dan "Ma, Tolong" di tembok dengan pensil warna merah. Hal ini bikin gue, nyokap, dan bokap panik.

Beruntung, temen gue Abror punya om semacam "orang pinter". Malam itu juga dia sama omnya berangkat ke rumah gue. Begitu sampe adek gue langsung "diobatin". Ternyata ada yang gangguin dia. Katanya yang ngeganggu itu merasa diganggu sama adek gue. Setelah itu adek gue normal kembali dan cerita kalo dia liat banyak jin di rumah ini. Besok paginya waktu mau sekolah, dia kumat lagi. Dia takut gak berani keluar, bahkan ngeliat orangpun dia kabur. 

Minggu, 01 November 2015

Hujan.

Hujan turun dengan hebat di sepinya malam, memaksa keheningan berubah kekhawatiran. Kenangan demi kenangan muncul bersamaan dengan turunnya rintik-rintik hujan. Kejadian-kejadian itu seolah terulang seperti kaset rusak. Membuka luka lama yang sudah cukup berhasil aku lupakan.

Jakarta 22 tahun lalu, hujan turun sangat deras di sepinya malam, gemuruh petir bersahutan satu sama lain membuat ngeri para penduduk kota. Aku berdiri di depan pintu menunggu dengan cemas kedua orangtuaku yang masih dalam perjalanan pulang. Jam 8, perutku bergetar karena lapar, kaki lemas terlalu lama berdiri. Baiklah, lebih baik aku mengisi perutku dan menunggu di ruang keluarga, menonton acara tv. Satu jam berlalu, hujan semakin deras, gemuruh petir semakin menakutkan. Aku semakin cemas menunggu kedua orangtuaku. Otakku penuh dengan dugaan, pikiran buruk dan berusaha berpikir positif.

Malam semakin larut, pintu rumah akhirnya di ketuk. Dengan bergegas aku membukakan pintu, menyambut kedua orangtuaku. Aku berlari menuju pintu depan, bersiap membukakan pintu dengan riang gembira, hari ini adalah hari istimewa untukku. Tepat hari ini, usiaku menginjak 15 tahun. Hadiah baru yang dijanjikan ayah sudah menunggu, video game sepak bola kesukaanku. Aku sudah tak sabar untuk membuka pintu dan melihat senyum kedua orangtuaku.