Senin, 04 November 2013

Friendzone. Ketika Cinta Terhalang Persahabatan.



Gue kenal dia sejak kelas 2. Sejak gue sama dia sekelas dan kebetulan tempat duduk kita berdekatan. Awalnya sih biasa aja. Gak akrab juga. Tapi setelah mau naik ke kelas 3 gue sama dia jadi akrab. Gue deketin dia dengan maksud ngegebet dia.

Hampir tiap malam gue sms dia. Dari hal penting sampe hal gak penting sama sekali. Dan dari smsan itu, gue merasa nyaman banget sama dia. Gak butuh waktu lama buat dia bikin gue jatuh hati. Dia itu unik, bikin gue semakinn tertarik. Ditambah keindahan bola matanya yang tiada tara, gue semakin jatuh cinta sama dia.

Hari demi hari terus berjalan dan gue sama dia semakin deket. Bahkan saking deketnya, gue sama dia digosipin pacaran sama temen-temen sekelas. Padahal kan enggak (baca: belom). Dari pada nantinya dia ilfeel gara-gara diledekin terus dengan tegas gue bilang sama temen-temen gue kalo kita gak (belom) pacaran.

Naik ke kelas 3, kita makin deket. Dan gue rasa, gue harus mengungkapkan perasaan ini secepatnya. Gue mencari moment yang pas dan akhirnya moment itu datang. Saat buka puasa bersama. Dengan rasa gugup gue akhirnya menyatakan perasaan gue ke dia. Dia kaget. Karena selama ini dia berfikir bahwa kita deket hanya sebatas teman.

Gue gak tau harus berbuat apa. Niat awal gue kan emang pengen gebet dia, tapi karena terlalu dekat, gue cuma dianggap sahabat. Hmmm. Friendzone. Kenapa dia malah cuma anggap gue sahabat? Padahal perhatian dan keperdulian gue ke dia lebih dari itu. Bukan hanya sebatas sahabat.

Mungkin sabar adalah langkah terbaik yang bisa gue lakukan. Gue sadar, gue hanya manusia minim lebihan dan over kekurangan yang mungkin gak akan bisa berikan kebahagiaan yang dia inginkan. Gue ganteng aja enggak, pinter juga enggak, kaya apalagi, hidup gue cuma seadanya. Tapi gue punya cinta yang tulus. Apa itu kurang? Ya, di jaman seperti ini ketulusan gak ada apa-apanya dibanding seberapa banyak "fulus" yang ada. Meskipun gue tau lu bukan orang seperti itu.

Setahun sudah sejak kejadian itu. Perasaanku pun masih sama seperti dulu. Aku tetap mencintaimu. Bagiku, walau kau sudah acuhkan aku, abaikan aku, hingga bahkan tak mengganggapku, kau tetap wanita dengan mata terindah yang pernah aku tatap. Aku tak bisa menghilangkan, bahkan mengurangi perasaan ini. Walau hati ini selalu sakit, rasa ini tak pernah luntur. Biarkan seperti batu karang yang terhempas ombak. Walau akan terkikis, tapi setidaknya aku akan terus bertahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar