Beberapa tahun belakangan, aku seakan lupa akan bagaimana rasanya jatuh cinta. Entahlah, rasanya hatiku seolah membeku oleh cinta yang tidak nyata. Memasuki tahun ketiga, aku masih tidak bisa melepaskan bayang-bayangnya. Seakan dia ingin selalu hadir di pikiranku, tapi tidak ingin ada di hatiku. Hanya ingin bermain di mimpi indahku, tapi tidak ingin tampak di dunia kelamku.
Cinta. Bukankah jatuh cinta itu indah? Ya. Kenyataannya mungkin demikian. Dengan syarat, kita jatuh cinta pada orang yang juga ingin mencintai kita. Jika hanya salah satu yang menginginkannya, bisakah bahagia? Entah. Mungkin saja bisa. Tapi tidak akan sesempurna saat syarat itu terpenuhi. Menjalani hari demi hari penuh dengan canda tawa yang membuat cinta semakin luas.
Lalu, untuk apa lagi aku harus mencintaimu saat kamu tidak ingin mencintaiku? Mengapa aku tidak bisa melupakan sosokmu? Aku ingin melupakanmu, tapi pada saat yang sama, aku menginginkanmu. Aku ingin mendapatkan sebuah cinta darimu.
Aku jatuh cinta. Tapi tidak bahagia. Karena satu syarat itu tidak terpenuhi. Aku jatuh cinta. Tapi hanya tercipta sebuah lubang luka. Luka yang menggores namamu dalam hatiku. Aku jatuh cinta. Tapi aku tak tau bagaimana caranya bahagia.